Senin, 17 Maret 2014

bunda 7 jam



Bunda  7 jam
                                It is pleasure to have you in my class. Satu kalimat  untukmu. Engkau, ciptaan Yang Maha Pemberi Hidup, yang menyertakaan keunikan dalam dirimu. Keunikanmu yang menambah warna lain dalam persinggahan ini , meski aku hanya bunda 7 jam untukmu.
                                Siang ini, masih menemuimu seperti hari yang lain. Menggambar saat guru sedang menjelaskan. Namamu disebut lagi  disertai tawaran pilihan “ simpan gambarnya, atau miss yang simpan dan tidak dikembalikan lagi buku gambarnya “. Dengan segera kamu menyimpan gambarmu. Sayangnya tak berlangsung lama, buku gambar itu kembali kau ambil dan menggambar lagi sementara gurumu sedang menjelaskan. Karena sudah berulang kali menegurmu, akhirnya gurumu membiarkanmu.
                                Saatnya mengerjakan worksheet. “hanya yang siap mengerjakan, yang boleh mendapatkan worksheetnya”. Begitulah ucapan gurumu. Segera kau simpan gambarmu, lalu melipat kedua tanganmu. Engkau mendapatkan worksheetnya. Hampir semua soal dapat engkau selesaikan dengan baik, tentunya tetap diselingi dengan menggambar . Worksheetnya sudah selesai, akhirnya engkau pun berjalan menuju space kosong di ruang kelas kita. Engkau mulai berjalan bolak- balik, lalu melakukan lompatan-lompatan kecil. Diminta duduk oleh gurumu karena sedang quis, kamu tetap asyik sendiri dan mengacuhkan permintaan gurumu. Gurumu pun memberi kuis padamu.  “ 8 x 3”. “24”. Engkau menjawabnya sambil tetap asyik melompat-lompat kecil. Ditanya lagi 6 x 5, kamu  menjawab 30.  Aku yang sedang memeriksa ulangan harian di pojok ruangan, teralihkan pandangannya ke arahmu. Moment istimewa yang jadi catatanku di 7 jam bersamamu di hari itu.
                                Sudah 2 pekan terakhir ini, ketenanganmu semakin berkurang di kelas. Engkau juga selalu terlambat datang ke sekolah. Ketika ku tanya padamu tentang keterlambatan itu, kau hanya bilang “ aku kesiangan bangunnya miss”. Hingga saat bertemu ibumu, aku jadi tahu kalau keterlambatanmu bukan hanya karena kesiangan tapi juga karena bermain game saat kamu sudah rapi untuk berangkat ke sekolah. Ibumu berusaha mendisiplinkanmu dengan mengambil tablet mu hingga kamu bisa datang tepat waktu di sekolah. Rupanya hal itu membuatmu tidak senang, lalu kau bawa kekesalanmu itu ke sekolah. Engkau mudah marah dan membuat temanmu merasa tidak nyaman.  Ku tunggu hingga sepekan, tapi mendisiplinkan tabletmu belum membuatmu datang tepat waktu. Akhirnya  beberapa menit di 7 jam kita dihari itu, terlewatkan dengan sebuah keputusan “ jika 3 hari setelah hari ini, masih terlambat datang, maka engkau akan mendapatkan kartu kuning. 5 x terlambat setelah mendapatkan kartu kuning, maka akan mendapatkan kartu merah. 1 x terlambat setelah kartu merah, maka akan dipertimbangkan untuk naik kelas”. Engkau menerima keputusan itu.
                                Pemberlakuan kartu itu berlaku kepada temanmu yang lain juga. Salah satu temanmu melengkapi kartu itu dengan kartu hijau bagi yang datang tepat waktu. Semua temanmu setuju. Keputusan itu berakhir dengan” yang mendapatkan kartu hijau paling banyak, pada kenaikan kelas akan mendapatkan hadiah dari guru”. 2 hari berlalu, engkau masih terlambat. Pada hari ketiga juga masih terlambat. Saatnya menagih kesepakatan yang telah kita setujui bersama. Engkau mendapatkan kartu kuningmu, sementara yang lain mendapatkan kartu hijau. Engkau terdiam dan tertunduk beberapa detik di 7 jam kita. Engkau mengangkat wajahmu, lalu…”parah…parah”. Itu yang kau katakan sambil mengambil kartu kuningmu.
                                7 jam kita di hari berikutnya berlalu tanpa catatan keterlambatan darimu. Pujian untukmu “ hebat, hari ini sudah datang tepat waktu, semoga seterusnya selalu datang tepat waktu yah”. “Iya miss, sekarang saya bangunnya jam 5, kalau tidak bangun diguyur air sama ayah, kalau tidak bangun-bangun juga dipaksa bangun”, begitu ucapmu. “loh, kok bisa begitu? kamu cerita tentang kartu kuning sama ayahmu?”tanyaku. “iya miss, kata ayah nggak boleh lagi dapat kartu kuning”. Akhirnya, tak ada catatan keterlambatan untukmu bahkan kamu selalu datang diurutan  ke 2  atau ke 3 di 7 jam kita pada hari-hari berikutnya.
                                 Beberapa menit di 7 jam kita setiap harinya pada satu pekan berikutnya, kau habiskan dengan time out. Kau bilang “ fuck “ pada guru bahasa Indonesiamu, kau mengikuti omongan guru kelas 2 ketika menegurmu karena tidak ikut Qiro’ati. Kau bilang “ mentang-mentang guru pada guru Qiroatimu meski gurumu tak mendengarnya. Kau bilang “ gila” pada guru tahfiz, lalu kau lengkapi dengan  menendang sapu dan sendok sampah office girl yang sedang melaksanakan tugasnya.  Sesuai peraturan kelas kita, siapa saja yang menyakiti fisik atau perasaan orang lain maka konsekuensinya adalah time out. Time out itu bukan hukuman tapi sebuah perkakas berharga untuk mengajari anak-anak kita ketika mereka kehilangan kendali. Mereka butuh waktu untuk mengatur pikiran dan perasaan mereka sendiri. kemudian,setelah tenang, mereka dapat membicarakan perasaan itu. Jadi pandanglah time- out sebagai waktu bagi anak-anak untuk berpikir dan bernapas(Nanny 911 by Deborah Carrol and  Stella Reid). Lama time out adalah 2 x usia anak. Yang sudah time out 3 x maka waktu istirahatnya akan diambil.
                                Saat engkau tenang setelah time out, aku mulai bertanya sambil menatap matamu dan memposisikan diri setinggi kamu (kata Nanny 911, itu salah satu cara berkomunikasi dengan anak-anak) “ kamu tahu kenapa kamu di time out?” “karena bilang fuck sama guru” begitu jawabmu.  “ mengapa engkau berbuat seperti itu? Engkau hanya  terdiam. Kutanya lagi “ kamu tahu nggak apa artinya “fuck”. “Nggak tau miss”. katamu. Kemudian kujelaskan padamu tentang kata itu disertai sedikit penjelasan mengapa harus mengahargai guru. “Ok, sekarang apa yang harus kamu lakukan kepada gurumu?”. “Minta maaf miss”. Kau melangkah keluar dan minta maaf pada gurumu. Keesokan harinya tentang guru kelas 2 yang kamu ikuti omongannya, “ habisnya gurunya bilang “kamu lagi”. saya tidak suka dibilangin seperti itu.  “ baik, miss tahu kalau kamu tidak senang  diperlakukan seperti itu, tapi apakah kamu sudah tau kenapa gurumu mengatakan seperti itu? Kamu pun menjelaskan panjang lebar dan kamu akui bahwa itu adalah kali kedua kamu ditegur oleh guru kelas 2 karena tidak ke tempat pelajaran Qiro’ati.
                                Tentang guru tahfizmu, katanya kamu disuruh keluar dengan paksa.  lalu karena kamu kesal, ketika keluar dari kelas itu kamu menendang sapu dan sendok sampah office girl. Maka untuk guru tahfizmu belum bisa kita bicarakan karena miss juga harus cari tahu kebenarannya dari guru tahfizmu. Tapi untuk office girl itu, miss menjelaskan siapa office girl dan bagaimana dia membantu kita merapikan sekolah agar kita semua bisa belajar dengan nyaman. Kau mengatakan ingin minta maaf, tapi kamu bilang, “aku lupa miss yang mana orangnya”. Jadinya kuminta engkau mencari tahu pada office girl dan office boy yang lain. Kau pun menemukan orangnya. Kita berjalan bersama menuju office girl yang sedang membersihkan rak sepatu. Aku berhenti membersamaimu setelah tau keberadaan office girl itu. Engkau berjalan pelan menuju ke arahnya. Sesekali engkau berhenti lalu berbalik melihatku. Dengan sebuah anggukan, engkau lalu melanjutkan langkah. Hingga tiba pada office girl itu, engkau berbalik lagi melihatku, anggukan kembali kuberikan  untukmu. Engkau duduk disamping mbak yang sedang duduk itu, lalu kulihat engkau mengatakan sesuatu pada perempuan muda itu.  Engkau lalu masuk ke dalam kelas kita. Setelah ku tanya, perempuan yang memegang kain lap itu bilang bahwa kau telah meminta maaf padanya.
                Untuk guru tahfizmu kuminta kau menemuinya dan menyelesaikan masalah kalian berdua. Alhamdulillah, kau melakukannya.  Dua hari  berikutnya, pada 7 jam kita tak ada cerita tentang perlakuan kurang baikmu pada gurumu. Kali ini  catatan 7 jam kita, ada kamu yang dapat 100 Ulangan harian English.
                 Ku tahu manjadi orang baik butuh proses. Semuanya tak seinstan  membuat mie instan  favorite aku dan kamu …hehehe…. Dalam proses itu, kadang saya kesal dan capek sama kamu, kamu juga pasti seperti itu, capek berhadapan dengan saya setiap harinya.  Aku belajar memahami keunikanmu, sementara kamu  belajar bagaimana meminta maaf, disiplin, dan meneyelesaikan masalahmu. Maka aku bersyukur punya kesempatan menjadi bunda 7 jam untukmu setiap harinya  karena kelak semua yang kupelajari darimu akan menjadi sesuatu saat aku menjadi bunda sepanjang waktu di suatu hari nanti.