Bunda
7 jam
It is pleasure to have you in my class.
Satu kalimat untukmu. Engkau, ciptaan
Yang Maha Pemberi Hidup, yang menyertakaan keunikan dalam dirimu. Keunikanmu yang
menambah warna lain dalam persinggahan ini , meski aku hanya bunda 7 jam
untukmu.
Siang ini, masih
menemuimu seperti hari yang lain. Menggambar saat guru sedang menjelaskan.
Namamu disebut lagi disertai tawaran
pilihan “ simpan gambarnya, atau miss yang simpan dan tidak dikembalikan lagi
buku gambarnya “. Dengan segera kamu menyimpan gambarmu. Sayangnya tak
berlangsung lama, buku gambar itu kembali kau ambil dan menggambar lagi
sementara gurumu sedang menjelaskan. Karena sudah berulang kali menegurmu,
akhirnya gurumu membiarkanmu.
Saatnya mengerjakan
worksheet. “hanya yang siap
mengerjakan, yang boleh mendapatkan worksheetnya”.
Begitulah ucapan gurumu. Segera kau simpan gambarmu, lalu melipat kedua tanganmu.
Engkau mendapatkan worksheetnya.
Hampir semua soal dapat engkau selesaikan dengan baik, tentunya tetap diselingi
dengan menggambar . Worksheetnya
sudah selesai, akhirnya engkau pun berjalan menuju space kosong di ruang kelas kita. Engkau mulai berjalan bolak-
balik, lalu melakukan lompatan-lompatan kecil. Diminta duduk oleh gurumu karena
sedang quis, kamu tetap asyik sendiri dan mengacuhkan permintaan gurumu. Gurumu
pun memberi kuis padamu. “ 8 x 3”. “24”.
Engkau menjawabnya sambil tetap asyik melompat-lompat kecil. Ditanya lagi 6 x
5, kamu menjawab 30. Aku yang sedang memeriksa ulangan harian di
pojok ruangan, teralihkan pandangannya ke arahmu. Moment istimewa yang jadi
catatanku di 7 jam bersamamu di hari itu.
Sudah 2 pekan
terakhir ini, ketenanganmu semakin berkurang di kelas. Engkau juga selalu
terlambat datang ke sekolah. Ketika ku tanya padamu tentang keterlambatan itu,
kau hanya bilang “ aku kesiangan bangunnya miss”. Hingga saat bertemu ibumu,
aku jadi tahu kalau keterlambatanmu bukan hanya karena kesiangan tapi juga
karena bermain game saat kamu sudah rapi untuk berangkat ke sekolah. Ibumu
berusaha mendisiplinkanmu dengan mengambil tablet
mu hingga kamu bisa datang tepat waktu di sekolah. Rupanya hal itu
membuatmu tidak senang, lalu kau bawa kekesalanmu itu ke sekolah. Engkau mudah
marah dan membuat temanmu merasa tidak nyaman.
Ku tunggu hingga sepekan, tapi mendisiplinkan tabletmu belum membuatmu
datang tepat waktu. Akhirnya beberapa
menit di 7 jam kita dihari itu, terlewatkan dengan sebuah keputusan “ jika 3
hari setelah hari ini, masih terlambat datang, maka engkau akan mendapatkan
kartu kuning. 5 x terlambat setelah mendapatkan kartu kuning, maka akan
mendapatkan kartu merah. 1 x terlambat setelah kartu merah, maka akan
dipertimbangkan untuk naik kelas”. Engkau menerima keputusan itu.
Pemberlakuan
kartu itu berlaku kepada temanmu yang lain juga. Salah satu temanmu melengkapi
kartu itu dengan kartu hijau bagi yang datang tepat waktu. Semua temanmu setuju.
Keputusan itu berakhir dengan” yang mendapatkan kartu hijau paling banyak, pada
kenaikan kelas akan mendapatkan hadiah dari guru”. 2 hari berlalu, engkau masih
terlambat. Pada hari ketiga juga masih terlambat. Saatnya menagih kesepakatan
yang telah kita setujui bersama. Engkau mendapatkan kartu kuningmu, sementara
yang lain mendapatkan kartu hijau. Engkau terdiam dan tertunduk beberapa detik
di 7 jam kita. Engkau mengangkat wajahmu, lalu…”parah…parah”. Itu yang kau katakan
sambil mengambil kartu kuningmu.
7 jam kita di hari
berikutnya berlalu tanpa catatan keterlambatan darimu. Pujian untukmu “ hebat,
hari ini sudah datang tepat waktu, semoga seterusnya selalu datang tepat waktu
yah”. “Iya miss, sekarang saya bangunnya jam 5, kalau tidak bangun diguyur air
sama ayah, kalau tidak bangun-bangun juga dipaksa bangun”, begitu ucapmu. “loh,
kok bisa begitu? kamu cerita tentang kartu kuning sama ayahmu?”tanyaku. “iya
miss, kata ayah nggak boleh lagi dapat kartu kuning”. Akhirnya, tak ada catatan
keterlambatan untukmu bahkan kamu selalu datang diurutan ke 2
atau ke 3 di 7 jam kita pada hari-hari berikutnya.
Beberapa menit di 7 jam kita setiap harinya
pada satu pekan berikutnya, kau habiskan dengan time out. Kau bilang “ fuck “ pada guru bahasa Indonesiamu, kau
mengikuti omongan guru kelas 2 ketika menegurmu karena tidak ikut Qiro’ati. Kau
bilang “ mentang-mentang guru pada guru Qiroatimu meski gurumu tak
mendengarnya. Kau bilang “ gila” pada guru tahfiz, lalu kau lengkapi
dengan menendang sapu dan sendok sampah
office girl yang sedang melaksanakan tugasnya.
Sesuai peraturan kelas kita, siapa saja yang menyakiti fisik atau
perasaan orang lain maka konsekuensinya adalah time out. Time out itu bukan hukuman tapi sebuah perkakas berharga
untuk mengajari anak-anak kita ketika mereka kehilangan kendali. Mereka butuh
waktu untuk mengatur pikiran dan perasaan mereka sendiri. kemudian,setelah
tenang, mereka dapat membicarakan perasaan itu. Jadi pandanglah time- out
sebagai waktu bagi anak-anak untuk berpikir dan bernapas(Nanny 911 by Deborah
Carrol and Stella Reid). Lama time out
adalah 2 x usia anak. Yang sudah time out 3 x maka waktu istirahatnya akan
diambil.
Saat engkau
tenang setelah time out, aku mulai bertanya sambil menatap matamu dan
memposisikan diri setinggi kamu (kata Nanny 911, itu salah satu cara
berkomunikasi dengan anak-anak) “ kamu tahu kenapa kamu di time out?” “karena
bilang fuck sama guru” begitu jawabmu. “
mengapa engkau berbuat seperti itu? Engkau hanya terdiam. Kutanya lagi “ kamu tahu nggak apa
artinya “fuck”. “Nggak tau miss”. katamu. Kemudian kujelaskan padamu tentang
kata itu disertai sedikit penjelasan mengapa harus mengahargai guru. “Ok,
sekarang apa yang harus kamu lakukan kepada gurumu?”. “Minta maaf miss”. Kau
melangkah keluar dan minta maaf pada gurumu. Keesokan harinya tentang guru
kelas 2 yang kamu ikuti omongannya, “ habisnya gurunya bilang “kamu lagi”. saya
tidak suka dibilangin seperti itu. “
baik, miss tahu kalau kamu tidak senang
diperlakukan seperti itu, tapi apakah kamu sudah tau kenapa gurumu mengatakan
seperti itu? Kamu pun menjelaskan panjang lebar dan kamu akui bahwa itu adalah
kali kedua kamu ditegur oleh guru kelas 2 karena tidak ke tempat pelajaran
Qiro’ati.
Tentang guru
tahfizmu, katanya kamu disuruh keluar dengan paksa. lalu karena kamu kesal, ketika keluar dari
kelas itu kamu menendang sapu dan sendok sampah office girl. Maka untuk guru
tahfizmu belum bisa kita bicarakan karena miss juga harus cari tahu
kebenarannya dari guru tahfizmu. Tapi untuk office girl itu, miss menjelaskan
siapa office girl dan bagaimana dia membantu kita merapikan sekolah agar kita semua
bisa belajar dengan nyaman. Kau mengatakan ingin minta maaf, tapi kamu bilang,
“aku lupa miss yang mana orangnya”. Jadinya kuminta engkau mencari tahu pada office girl dan office boy yang lain. Kau pun menemukan orangnya. Kita berjalan
bersama menuju office girl yang
sedang membersihkan rak sepatu. Aku berhenti membersamaimu setelah tau
keberadaan office girl itu. Engkau
berjalan pelan menuju ke arahnya. Sesekali engkau berhenti lalu berbalik
melihatku. Dengan sebuah anggukan, engkau lalu melanjutkan langkah. Hingga tiba
pada office girl itu, engkau berbalik
lagi melihatku, anggukan kembali kuberikan
untukmu. Engkau duduk disamping mbak
yang sedang duduk itu, lalu kulihat engkau mengatakan sesuatu pada perempuan
muda itu. Engkau lalu masuk ke dalam
kelas kita. Setelah ku tanya, perempuan yang memegang kain lap itu bilang bahwa
kau telah meminta maaf padanya.
Untuk guru tahfizmu kuminta kau
menemuinya dan menyelesaikan masalah kalian berdua. Alhamdulillah, kau
melakukannya. Dua hari berikutnya, pada 7 jam kita tak ada cerita
tentang perlakuan kurang baikmu pada gurumu. Kali ini catatan 7 jam kita, ada kamu yang dapat 100
Ulangan harian English.
Ku tahu manjadi orang baik butuh proses.
Semuanya tak seinstan membuat mie
instan favorite aku dan kamu …hehehe….
Dalam proses itu, kadang saya kesal dan capek sama kamu, kamu juga pasti
seperti itu, capek berhadapan dengan saya setiap harinya. Aku belajar memahami keunikanmu, sementara
kamu belajar bagaimana meminta maaf,
disiplin, dan meneyelesaikan masalahmu. Maka aku bersyukur punya kesempatan
menjadi bunda 7 jam untukmu setiap harinya
karena kelak semua yang kupelajari darimu akan menjadi sesuatu saat aku
menjadi bunda sepanjang waktu di suatu hari nanti.
Kisahnya bagus.... menginsipirasi bagi calon pendidik ^_^
BalasHapus