Di
lingkungan sekitar kita tak sulit untuk menemukan pemimpin. Di rumah, di
lingkungan kerja, di lingkungan masyarakat
pemimpin pasti selalu ada. Namun, satu hal yang menjadi titik penting
dari seorang pemimpin adalah apakah benar mereka adalah pemimpin ataukah hanya
sekedar pimpinan saja? Terkadang kita menjumpai pemimpin yang ketika dia ada
semua anggotanya patuh melaksanankan instruksi namun sayangnya ketika dia tidak
ada anggotanya bebas untuk melakukan apapun karena merasa tidak ada yang
mengawasi. Ada juga yang seringkali meminta anggotanya untuk melakukan
pembenahan diri sementara ia sendiri tidak melakukannya. Hal yang lain adalah,
ada pemimpin yang senangnya dilayani namun enggan melayani. Bolehlah saya menyebut pemimpin seperti ini
adalah pimpinan yang bukan pemimpin. Lantas, pimpinan seperti apakah yang
pantas disebut pemimpin?
Menurut saya pemimpin adalah orang-orang yang
memiliki jiwa kepemimipinan. Kepemimpinan
menurut Stepen J. Carrol dan Henry L.
Tosj (1977) adalah suatu proses
mempengaruhi orang lain untuk mengerjakan apa yang kamu kehendaki dari mereka
untuk mengerjakan. Dari pengertian ini, dapat dikatakan bahwa seorang
pemimpin meskipun tidak berada disekitar anggotanya semestinya instruksinya
tetap dapat dilaksanakan anggotanya karena seorang pemimpin mempengaruhi bukan
menyuruh. Pengertian lain tentang kepemimpinan telah dicontohkan dalam sejarah
kepemimpinan Rasulullah, Muhammad SAW. Seperti dalam surah Al-Ahzab, 33:21 yang
menyatakan bahwa “sesungguhnya pada diri
Rasulullah terdapat contoh teladan bagi mereka yang menggantungkan harapannya
kepada Allah dan hari akhirat serta banyak berdzikir kepada Allah”. Satu
kata yang harus saya garis bawahi dalam potongan ayat ini adalah keteladanan. Keteladanan
adalah kata yang sederhana namun ia tak sederhana dalam makna. Teladan dalam
kata yang sederhana adalah contoh. Banyak orang yang bisa memberi contoh namun
yang layak disebut teladan adalah mereka yang dapat dicontoh. Menjadi pemimpin
yang dapat dicontoh bukanlah proses yang instan karena untuk dapat dicontoh
muncul dari pembiasaan melatih diri dengan sikap-sikap baik. karenanya seperti
yang dikatakan bapak Eri Sudewo dalam buku Character Buildingnya “ siapa pun memang bisa menjadi pemimpin. Namun,
hanya yang terus melatih diri yang memiliki jiwa kepemimpinan”. Semua orang
pasti bisa jadi pemimpin namun, hanya yang terus melatih diri dengan
sikap-sikap yang baik yang pantas disebut pemimpin.
Setiap orang
adalah pemimpin, tak terkecuali seorang guru. Seperti kata banyak orang guru
adalah orang yang digugu dan ditiru. Idealnya, untuk bisa digugu dan ditiru,
kemampuan mempengaruhi dan menjadi teladan adalah dua hal yang harus ada dalam
diri. Atau dengan kata lain, seorang guru mesti memiliki jiwa kepemimpinan.
Dalam ruang
kelas, guru adalah pemimpin bagi siswa-siswanya. Dengan jiwa kepemimpinan yang
dimiliki, seorang guru akan bisa mempengaruhi siswa melakukan hal-hal baik
dengan teladan guru yang bisa langsung dilihat oleh siswa-siswanya. Dengan jiwa
kepemimpinan yang dimiliki seorang guru, seorang guru akan terus memperbaiki
diri karena sadar bahwa ia adalah teladan yang tak mungkin meminta siswanya
untuk berbuat sesuatu yang dirinya sendiri tidak melakukannya. Dengan jiwa
kepemimpinan pada diri seorang guru, seorang guru akan terus belajar mencari
hal-hal baru yang bisa dibawa ke kelas untuk mendukung pembelajaran karena ia
sadar bahwa ia harus memberi usaha terbaiknya dalam pekerjaannya sebagaimana ia
meminta siswanya untuk memberikan usaha terbaiknya dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya.
Pada
lingkungan sekolah, guru adalah teman sejawat bagi guru lainnya. Untuk bisa
menjadi teman yang baik, seorang guru selayaknya mampu memimpin diri sendiri.
Dengan memimpin diri sendiri, seorang guru akan bisa menempatkan dirinya dalam
berbagai situasi yang dihadapi. Juga, tetap bisa rendah hati untuk terus
menerus belajar dari teman disekitarnya dan menerima dengan lapang dada ketika
teman memberi saran ataupun kritikan. Hal yang lain, seorang guru pemimpin akan
menyadari bahwa ia dan teman yang lainnya adalah kesatuan tim yang semestinya
bekerjasama untuk mencapai tujuan sekolah.
Sebagai
seorang guru, sangat saya sadari bahwa saya masih sangatlah jauh dari kondisi
ideal seorang guru seperti yang telah dipaparkan diparagrap sebelumnya.
Karenanya, saya merasa membutuhkan wadah belajar sehingga bisa mengupgrade
diri. Harapannya dengan wadah belajar seperti pelatihan kepemimpinan yang akan
diadakan oleh pihak sekolah akan membantu saya untuk terus belajar menjadi guru
pemimpin yang semoga suatu hari nanti dapat memberi manfaat yang
sebanyak-banyaknya bagi orang lain, lingkungan, dan diri saya pribadi tentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar