Di jalan ini Engkau memilihku untuk berdiri
Menatap setiap dukanya dari kejuhan saja
Ku tahu semua itu yang terbaik bagiku
Sebab Engkau selalu memberiku yang terbaik meski kadang aku tak menyukainya
Wahai Engkau yang mengenggam jiwaku....
Ku harap jejak-jejakku tak berakhir di jalan ini
dan semoga esok kan ada jejak baru penghapus dukanya
Hingga tak ada lagi tangis yang terurai dari matanya yang teduh
Ya MuqalibbalQulub tetapkanlah hatiku untuk selalu mencintaiMu dan mencintainya
Jangan biarkan langkahku memberi jejak untuk cinta yang lain hingga waktu yang engkau tentukan
Ku ingin terus berpetualang membawa cintaMu dan cintanya
Tak sedikitpun kuharap aku berkhianat
Engkau yang maha melihat lagi maha Mengetahui
Engkau tahu betapa ia begitu berarti bagiku
Tak mungkin rasanya aku tegar di jalanMu tanpa dirinya
Egkau yang maha pemri rahmat yang Maha sempurna
Jika esok engakau memberiku setuguk air bahagia
Ku ingin dia ada di sampingku
Menemaniku mengarungi samudera kehidupan
Walau mungkin tak banyak waktu baginya untuk melakukanya
Jumat, 25 Februari 2011
Minggu, 13 Februari 2011
Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses yang selalu ada di akhir sebuah kegiatan. Evaluasi sering di jadikan ajang untuk menilai suatu tindakan yang dilakukan oleh diri sendiri atau yang di lakukan oleh orang lain.Hanya ada dua nilai yang berlaku di sini yaitu salah dan benar.
menilai tindakan sendiri tidaklah semudah menilai orang lain. Di butuhkan kejernihan pikiran dan sikap rendah hati saat harus menilai diri sendiri. Tak semua orang mampu selalu memiliki kedua hal itu dalam proses evaluasi dirinya.
Hal ini pulalah yang biasa saya rasakan. Tak terkecuali ketika saya melakukan evaluasi diri untuk kegiatan SuperCamp SGEI 2 hari ini. Aku sangat merasakan betapa campur aduknya perasaanku ketika berada di sana. Dan semua perasaan itu ku tahu tercermin di wajahku.
Terkhusus ketika aku duel dengan itan temanku mewakili pleton masing-masing untuk mengambil tali rapiah yang ada di bagian belakang pengaman badan kami.
Menurut teman-temanku kami berdua benar-benar terlihat bagai musuh dan raut amarah jelas tergambar di wajah kami. Khususnya wajah saya. sebagian teman perempuanku kami takut melihat pertandingan kami. di pertandingan itu aku harus berhenti di babak kedua karena urat kaki kiriku terasa menegang.
Apa yang mereka lihat tak salah tapi mungkin interpretasi meraka ada yang kurang tepat. orientasiku saat itu adalah jika aku tak mampu mendapatkan tali rafiah itu setidaknya aku harus bisa bertahan agar tali rafiahku tak di rebut itan. di babak pertama ku rasakan hasrat dan pikiran untuk merebut tali rafiah itan memengusaiku begitu juga dengan itan, itu bisa ku lihat dari wajahnya.Di babak kedua ku rasakan kekuatan itan mulai menyelimutiku dan rasanya bertahan adalah satu-satunya pilihan. Karena keinginan bertahan itulah mendorongku mengeluarkan segenap power yang ku miliki.
Mungkin keseriusanku mempertahankan diri di interpretasikan sebagai ambisi untuk memenangkan peratandingan itu. Tapi sudahlah,aku tak ingin menyalahkan mereka. Hak untuk mengevaluasi orang lain adalah suatu kewajaran bagiku.
Dalam evaluasi hari ini, aku mencatat bahwa kecerdasan emosi untuk menghadapi serangan yang begitu kuat masih sangat perlu aku pelajari. Ego seharusnya aku singkirkan. Berfikir cerdas untuk mencari teknik-teknik jitu menghadapi serangan itu tanpa amarah seharusnya menjadi fokus perhatianku. Dan rasanya duel seperti itu cukup di hari itu saja coz ku tahu benar aku tak memiliki potensi di bidang itu.
Di hari ini akupun berharap ego seperti itu tak akan ku bawa ketika aku harus menghadapi msalah berat di sekolah magang nanti. Aku sungguh berharap aku bisa bertindak cerdas tanpa amarah dan tanpa harus menyulitkan orang lain...
bagi siapa pun yang membaca tulisan ini ku harap kejernihan pikiran dan kerendahan hati menjadi hal yang milikmu ketika engkau sedang mengevaluasi diri. Saat evaluasi diri benilai benar maka hati akan dengan mudah mengakuinya namun ketika evalusi diri bernilai salah maka akan sangat sulit untuk mengakuinya.
menilai tindakan sendiri tidaklah semudah menilai orang lain. Di butuhkan kejernihan pikiran dan sikap rendah hati saat harus menilai diri sendiri. Tak semua orang mampu selalu memiliki kedua hal itu dalam proses evaluasi dirinya.
Hal ini pulalah yang biasa saya rasakan. Tak terkecuali ketika saya melakukan evaluasi diri untuk kegiatan SuperCamp SGEI 2 hari ini. Aku sangat merasakan betapa campur aduknya perasaanku ketika berada di sana. Dan semua perasaan itu ku tahu tercermin di wajahku.
Terkhusus ketika aku duel dengan itan temanku mewakili pleton masing-masing untuk mengambil tali rapiah yang ada di bagian belakang pengaman badan kami.
Menurut teman-temanku kami berdua benar-benar terlihat bagai musuh dan raut amarah jelas tergambar di wajah kami. Khususnya wajah saya. sebagian teman perempuanku kami takut melihat pertandingan kami. di pertandingan itu aku harus berhenti di babak kedua karena urat kaki kiriku terasa menegang.
Apa yang mereka lihat tak salah tapi mungkin interpretasi meraka ada yang kurang tepat. orientasiku saat itu adalah jika aku tak mampu mendapatkan tali rafiah itu setidaknya aku harus bisa bertahan agar tali rafiahku tak di rebut itan. di babak pertama ku rasakan hasrat dan pikiran untuk merebut tali rafiah itan memengusaiku begitu juga dengan itan, itu bisa ku lihat dari wajahnya.Di babak kedua ku rasakan kekuatan itan mulai menyelimutiku dan rasanya bertahan adalah satu-satunya pilihan. Karena keinginan bertahan itulah mendorongku mengeluarkan segenap power yang ku miliki.
Mungkin keseriusanku mempertahankan diri di interpretasikan sebagai ambisi untuk memenangkan peratandingan itu. Tapi sudahlah,aku tak ingin menyalahkan mereka. Hak untuk mengevaluasi orang lain adalah suatu kewajaran bagiku.
Dalam evaluasi hari ini, aku mencatat bahwa kecerdasan emosi untuk menghadapi serangan yang begitu kuat masih sangat perlu aku pelajari. Ego seharusnya aku singkirkan. Berfikir cerdas untuk mencari teknik-teknik jitu menghadapi serangan itu tanpa amarah seharusnya menjadi fokus perhatianku. Dan rasanya duel seperti itu cukup di hari itu saja coz ku tahu benar aku tak memiliki potensi di bidang itu.
Di hari ini akupun berharap ego seperti itu tak akan ku bawa ketika aku harus menghadapi msalah berat di sekolah magang nanti. Aku sungguh berharap aku bisa bertindak cerdas tanpa amarah dan tanpa harus menyulitkan orang lain...
bagi siapa pun yang membaca tulisan ini ku harap kejernihan pikiran dan kerendahan hati menjadi hal yang milikmu ketika engkau sedang mengevaluasi diri. Saat evaluasi diri benilai benar maka hati akan dengan mudah mengakuinya namun ketika evalusi diri bernilai salah maka akan sangat sulit untuk mengakuinya.
Langganan:
Postingan (Atom)